Kupandangi matanya, sorotnya mengatakan bahwa aku pasti
bisa. Senyumnya senantiasa mengabarkan bahwa aku pasti mampu. Kata – katanya
memotivasi menyampaikan bahwa aku akan menjadi pembelajar, sanggup untuk
belajar. Dari kebuntuan jalanku, kutemukan peta awal darinya. Tentang
pendidikan.
Aku memang hanya berbekalkan kepedulian. Tak lebih. Belum
pernah mendapat atau mempersiapkan bekal selain pengalaman serta peranku
sebagai consumer pendidikan (pengajaran). 12 tahun dalam bangku sekolah, cukup
menyisakan tanda tanya besar padaku. Untuk apa selama ini aku belajar? Apa sih
tujuannya? Pendidikan itu apa selalu memuakkan seperti ini? Dimana yang salah
sebenarnya?
Begitulah. Kuyakini takkan ada yang sia – sia. Pasti ada
hikmahnya.
Nekat saja aku mengikuti diskusi – diskusi agar mengerti.
Lama kelamaan akhirnya benar juga, diskusi ini menyegarkan otak. Bisa bertukar
pertanyaan atau pemikiran. Ini seru ya ternyata,,
Kemudian kusadari bahwa dari sekian banyak diskusi, tak ada
satupun yang mampu kusampaikan pada teman yang lain. Khususnya pada teman yang
berhalangan hadir dalam diskusi. Bagaimana agar aku bisa berbagi? Menulis
adalah salah satu cara. Karena aku belum pede dan mampu menguasai public
speaking.
Terang saja aku tak mampu mempresentasikan dengan lancer apa
yang ada di benak. Aku terlalu panic, hingga mudah lupa, jadi, solusinya adalah
mencatat. Aku mulai mencatat forum apapun yang kudatangi. Aku pelupa, jadi
butuh pengingat. Yaitu pena dan kertas.
Sampai saat ini satu yang belum kupelajari sambil merangkak..
public speaking.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar