Sabtu, 29 Desember 2012

Stop stop stop…. Mundurrrr Jeg!






Maghrib menjelang isya. Aku yang menunduk dengan kacamata turun di ujung hidung tersentak. Kuangkat kepala dan mencoba focus, argh berat sekali kelopak ini berdamai untuk focus. 2 gang lagi aku harus turun! Dalam angkutan umum trayek pondok gede – kampung melayu aku kelabakan menyiapkan uang recehan. Aku bersiap untuk turun dan mengetukkan jari pada papan triplek yang menempel pada atap mobil mikrolet. Bismillah, semoga aku tak salah ucap seperti dulu. Saat SMA, aku refleks mengetukkan jari pada atap mikrolet, namun yang keluar dari mulutku bukannya “kiri, bang”, melainkan “Assalamu’alaykum!”. Dan semua mata melirikku, gawat, aku kurang konsentrasi. Eh, atau terlalu konsentrasi, hingga grogi? Atau lupa minum maijon? Hehe

Oke. Kembali ke mikrolet. Aku sukses turun tanpa mendapat balasan salam. Dengan goyah, dan masih (mencoba tetap focus), aku mengisyaratkan pada perkumpulan bapak – bapak gaek di mulut gang, “ojek bang”. Kudapatkan satu ojek, dengan santai dan menahan lapar (lupa belum makan), aku duduk miring, dan ojek berjalan. Sambil menggali isi kantong tas bagian depan, tetap berpegangan pada jok belakang, sambil menghadapi goncangan dari posisi tidur (pokoknya ribet). Mataku tertuju pada kain yang melambai  - lambai dibawah sana. Bukan! Bukan horror. Itu rokku yang melambai – lambai tertiup angin.

Kembali aku berusaha mengambil uang dari kantung depan. Setelah dalam genggaman, kunikmati saja perjalanan. Meliuk – liuk motor melewati tikungan, turunan, tanjakan, dan… sret sret sret…. Kenapa ada yang menarik rok bagian kiriku? Apa ini!? Gawat, makin kencang. Kurenggut  rok bagian kiri. Dengan ekstrem,tegas, dan jelas aku menginstruksikan Bapak ojeg. 

“STOP bang, stop stop stop” seruku pelan, (malu kalo kenceng2, ntar ada yang tau >,< ). 

“Kenapa neng?” tanyanya. 

“Rok nya nyangkut, nyangkut ke besi-besi. Stop bang” ujarku cepat. 

Begitu motor berhenti, “sekarang, MUNDUR bang, mundur mundur mundur”. 

Dengan sigap seiring perlahannya motor mundur, kutarik rokku perlahan. Daaannn… FREE!! Huff, Alhamdulillah. Hehe kadung malu dan lelah, tak ku lirik lagi siapa saja yang melihat insidennya mundurnya motor ojeg.

“Kenapa tadi neng?” Tanya bapak ojeg. 

“Nyangkut di gerigi bang, besi nya itu” jawabku. 

“Kok bisa? Jauh banget ya berarti” kata bapak ojeg. 

“Hehehe iya kayanya” cengengesku asal.

Terbayang beberapa kecelakaan lalu lintas yang terjadi akibat tersangkutnya sesuatu, entah kain, entah tali, entah jas hujan. Ya Allah, terimakasih Engkau telah menyelamatkan aku, sekaligus menegurku untuk terus waspada, meski dalam kelelahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar