Maghrib menjelang isya. Aku yang menunduk dengan kacamata
turun di ujung hidung tersentak. Kuangkat kepala dan mencoba focus, argh berat
sekali kelopak ini berdamai untuk focus. 2 gang lagi aku harus turun! Dalam
angkutan umum trayek pondok gede – kampung melayu aku kelabakan menyiapkan uang
recehan. Aku bersiap untuk turun dan mengetukkan jari pada papan triplek yang
menempel pada atap mobil mikrolet. Bismillah, semoga aku tak salah ucap seperti
dulu. Saat SMA, aku refleks mengetukkan jari pada atap mikrolet, namun yang
keluar dari mulutku bukannya “kiri, bang”, melainkan “Assalamu’alaykum!”. Dan
semua mata melirikku, gawat, aku kurang konsentrasi. Eh, atau terlalu
konsentrasi, hingga grogi? Atau lupa minum maijon? Hehe
Oke. Kembali ke mikrolet. Aku sukses turun tanpa mendapat
balasan salam. Dengan goyah, dan masih (mencoba tetap focus), aku
mengisyaratkan pada perkumpulan bapak – bapak gaek di mulut gang, “ojek bang”.
Kudapatkan satu ojek, dengan santai dan menahan lapar (lupa belum makan), aku
duduk miring, dan ojek berjalan. Sambil menggali isi kantong tas bagian depan,
tetap berpegangan pada jok belakang, sambil menghadapi goncangan dari posisi
tidur (pokoknya ribet). Mataku tertuju pada kain yang melambai - lambai dibawah sana. Bukan! Bukan horror.
Itu rokku yang melambai – lambai tertiup angin.
Kembali aku berusaha mengambil uang dari kantung depan.
Setelah dalam genggaman, kunikmati saja perjalanan. Meliuk – liuk motor
melewati tikungan, turunan, tanjakan, dan… sret sret sret…. Kenapa ada yang
menarik rok bagian kiriku? Apa ini!? Gawat, makin kencang. Kurenggut rok bagian kiri. Dengan ekstrem,tegas, dan
jelas aku menginstruksikan Bapak ojeg.
“STOP bang, stop stop stop” seruku
pelan, (malu kalo kenceng2, ntar ada yang tau >,< ).
“Kenapa neng?”
tanyanya.
“Rok nya nyangkut, nyangkut ke besi-besi. Stop bang” ujarku cepat.
Begitu motor berhenti, “sekarang, MUNDUR bang, mundur mundur mundur”.
Dengan
sigap seiring perlahannya motor mundur, kutarik rokku perlahan. Daaannn… FREE!!
Huff, Alhamdulillah. Hehe kadung malu dan lelah, tak ku lirik lagi siapa saja
yang melihat insidennya mundurnya motor ojeg.
“Kenapa tadi neng?” Tanya bapak ojeg.
“Nyangkut di gerigi
bang, besi nya itu” jawabku.
“Kok bisa? Jauh banget ya berarti” kata bapak
ojeg.
“Hehehe iya kayanya” cengengesku asal.
Terbayang beberapa kecelakaan lalu lintas yang terjadi
akibat tersangkutnya sesuatu, entah kain, entah tali, entah jas hujan. Ya
Allah, terimakasih Engkau telah menyelamatkan aku, sekaligus menegurku untuk
terus waspada, meski dalam kelelahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar