"Zaman sekarang, orang-orang jarang saling bertatap muka, dan kalau mereka tidak saling bertatap muka, mereka tidak akan bertumbuh. Saya mesti langsung datang dan menunjukkan pada Anda bahwa saya terbuat dari darah dan daging."
Itu kurang lebih kutipan Paulo
Coelho dalam sebuah bukunya. Menjelaskan pada pembaca bahwa bertemu muka dengan
orang-orang yang memiliki maksud untuk mencapai tujuan adalah sebuah keharusan.
Mewakili keseriusan dalam mencapai tujuan tersebut. Mungkin terkesan agak
memaksa mengingat orang yang menyampaikan tujuannya barangkali memiliki
keterbatasan-keterbatasan dalam bertatap muka. Namun, bukannya Tuhan memiliki
sejuta keajaiban-keajaiban untuk mendobrak keterbatasan-keterbatasan tersebut,
tergantung dari usaha dan tekad orang-orang yang berniat?
Pada masa dimana teknologi
menyita peran kita hampir setiap saat. Ketimbang berkata-kata lewat suara
sambil menatap mata lawan bicara, kita lebih banyak menghabiskan waktu dengan
menatap layar gadget dan menggunakan media sosial. Sebuah sulap sihir yang
mengubah pola komunikasi langsung kita. Memangkas penghargaan terhadap intonasi
atau pemaknaan terhadap gesture.
Ada rezeki tersendiri dari tatap muka.
ada hal kecil tapi penting yang terkonfirmasi.
tawa, senyum, dan kesalnya bukan emotikon belaka.
asli, apa adanya, tanpa rencana.