Selasa, 07 Oktober 2014

icing

Bahan:
Tepung gula 250gr (sesuka hati)
Susu bubuk dancow (dua sachet)
Putih telur (dua)
Pewarna (3 tetes)

Alat:
Mixer
Blender
Sendok
Baskom
Penggiling (bisa pake apa saja asal silindernya stabil dr dasar ke atas, saya menggunakan botol sirup marjan dan nampan)



Icing adalah bahan dasar untuk dekorasi kue - kue. Kue kering maupun kue tart.

Penasaran banget sama icing ini setelah lihat Handi's Cake. Hebat banget pemuda dari cianjur yang lebih dikenal sebagai master dekorasi kue Australia ini. Icing ala Handi tidak seperti icing yang dikenal sebelum - sebelumnya. Yaitu mirip whip cream tapi lebih kental.

Icing gaya Handi ini mirip seperti lilin mainan anak - anak.

Begini cerita ketika saya mencobanya.

Kocok dua putih telur dengan mixer level 1. Terus mix hingga berbusa putih kemudian mengembang. Hentikan sesuai feeling (asal ya).
Kemudian tuang tepung gula sesuai selera. Gunakan feeling seberapa hingga menjadi manis. Saya sendiri menggunakan 250gr tepung gula. Jika anda kehabisan stok tepung gula seperti yang saya alami, tak usah panik. Ambil stok gula pasir dan masukkan ke dalam blender. Blend tanpa air sama sekali dan untuk waktu yang sebentar saja. Cukup hingga gula berubah menjadi tepung (terlihat jelas di luar).

Tuang gula secara bertahap sambil diaduk, gunakan sendok juga boleh.

Untuk mengakali aroma adonan yang amis, tambahkan susu dancow bubuk kira2 dua sachet.

Selesai! :)
Bentuk dan mainkan sesuka hati hehe

Simpan sisanya di wadah tertutup ya, jangan di lemari es agar tidak mengeras.

Selamat mencoba

Jumat, 03 Oktober 2014

perhiasan



Seseorang hanya mencari pembenaran atas apa yang dia lakukan meskipun mungkin jauh di lubuk hatinya dia tahu bahwa itu salah. Kecuali ada yang salah pada hatinya sehingga gagal membedakan mana yang baik, mana yang buruk.

Kaget sekali mendengar pernyataan masih ada saja orang - orang yang berkata dengan tegas bahwa dia yakin sudah tidak ada lagi cewe di zaman sekarang yang masih terjaga (perawan-red).

Sungguh, perempuan mana saja yang berada dalam jarak dengar saat itu pasti akan tidak setuju, kesal, marah atau bahkan menangis karena si penutur telah mengeneralisasi keburukan yang dialami/dimiliki/dipelihara beberapa orang.

Pada zaman sebelum islam hadir di Makkah, penduduk Makkah memang memiliki kebiasaan - kebiasaan buruk yang kemudian disebut sebagai kebodohan, salah satunya adalah berzina. Macam - macam bentuk zina ini. Yang disebut tukar guling atau piala bergilir pun ada. Kelompok mana sebetulnya yang out-of-date? Lalu apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w ketika dakwah islam? Zina dilarang. Mendekatinya saja juga tidak boleh. Karena dampak dari perzinahan sungguh
serius dan masif. Ini perkara akhlak generasi. Serius dan besar tapi sengaja dibuat sepele.

Bisa kita lihat ketika membaca menghapal nama penulis buku atau ilmuwan - ilmuwan islam, pasti agak menyulitkan. Karena dalam setiap nama, mesti mencantumkan asal usul nasab serta lingkungan
keluarga. Nasab. Itu juga yang penting.

Ketika bayi hasil zina terlahir, maka bayi tersebut tidak akan mendapat sematan "bin" dari ayah biologisnya. Karena proses menempelnya al alq pada rahim terjadi sebelum arsy-Nya bergetar menyaksikan janji yang diucapkan seorang pemuda untuk menjaga menafkahi membimbing mendidik dan menanggungjawabi seorang perempuan.

Tidak ada proses persetujuan seluruh keluarga dari kedua belah pihak ketika hal itu terjadi. Maka, wajar bila orangtua yang menghadapi kenyataan bahwa putrinya tidak lagi terjaga akan merasa gagal,
menangis, takut menanggung dosanya, bahkan malu. Campur aduk.

Az Zukhruf yang ternoda kemudian tidak bisa melakukan apa - apa. Perempuan itu cuma bisa
mengharap pertanggungjawaban. Dia bingung harus menyalahkan siapa atas kelakuannya sendiri. Demi pembenaran atas apa yang telah terjadi, maka ia akan berkata seperti yang tertera di atas.

Roda perekonomian yang membuat seorang perempuan dengan sertifikat persekolahan pas-pasan memutuskan untuk mencari nafkah. Perhiasan yang seharusnya terjaga justru keluar menjadi salah satu tulang di punggung sebelum mendapat perbekalan diri yang cukup (baligh atau dewasa dan matang pikirannya).

Maka atas nama modernisasi, si perhiasan ini mesti bergabung pada kelompok sosial yang mengklaim diri mereka adalah yang mendominasi dan akan senantiasa abadi pemikiran dan eksistensinya.

Demi meredam kepusingan akan fakta ini, sungguh adem mengingat betapa teduhnya melihat perempuan-perempuan yang menjaga penampilan dan konsisten menghargai dirinya sendiri sebagai perhiasan.

Jilbab lebih dari sekedar taat. Ia juga adalah bentuk dari penghargaan seorang perempuan terhadap dirinya sendiri -kutipan dari seorang pembantu rumah tangga yang berjilbab

Sadar betapa Allah ingin menjagamu, perempuan? :)