Menunggu
tanpa kepastian, rekan seperjalanan yang tidak bisa ditebak sebelumnya,
berragam latar belakang dan tujuan, beragam silaturahmi singkat namun namanya
tetap saja silaturahmi dan takdir pertemuan, keberagaman, berragam bau, wajah,
busana, tabiat, emosi, jabatan, kelas sosial, kaca mata perspektif, dan senyum.
Hanya bermodalkan 4000-8000, angkutan umum bisa memberi banyak hal bagi mereka
yang gemar merenung atau membaca sekitar.
Di tengah
hiruk-pikuk berita yang simpang siur mengenai Metromini dan Kopaja yang hilang
dari pandangan mata orang Jakarta, masih ada ditemukan satu-dua Metromini dan Kopaja
ketika saya berangkat beraktivitas di jalan mulai awal Desember hingga kini.
Kopaja 502 dan 608 masih dapat ditemui berlalu lalang di sekitar Kebon Sirih dan
Tanah Abang, Metromini 46 dan 49 masih juga dapat terlihat di Utan Kayu, Rawamangun.
Jadi, apakah betul berita tentang lenyapnya metromini dan kopaja di sekitar Jakarta?
Menurut video
yang diunggah oleh Pemprov DKI di Youtube, beberapa metromini dan kopaja
melakukan mogok masal sebagai aksi protes melawan kebijakan pengkandangan
ratusan Metromini dan Kopaja di Pool Rawa Buaya, Menurut video lain yang
diunggah oleh akun Youtube yang sama, pengkandangan tersebut dilakukan karena
kendaraan-kendaraan tersebut kondisi rem dan gasnya tidak dalam keadaan baik
serta tidak memiliki atau lewat masa berlaku SIM dan STNK.
Kopaja dan Metromini
merupakan kendaraan yang pro-rakyat dalam perspektif ongkos. Harganya cukup
terjangkau karena toleransi yang tinggi sebagai sesama orang-orang yang mencari
makan dalam keadaan yang sedang serbasulit. Mungkin bukan keadaan serbasulit,
melainkan masyarakat kadung terbentuk dan terjebak dalam kondisi dimana mereka
sengaja dibentuk untuk memiliki rasa
kepemilikian dan kebutuhan yang tinggi.
Toleransi kernet
Metromini kepada seorang ibu tua yang kucel penampilannya bisa sering terjadi
walaupun ongkos yang diulungkan oleh si ibu tidak atau bahkan jauh dari batas
standar ongkos minimum. “Jauh-dekat 4 ribu” begitu biasanya ditulis dalam
selembar kertas HVS yang ditempel di kerangka dekat jendela. Kebaikan angkutan
umum ini juga adalah kernet bus yang bisa merangkap sebagai pak ogah atau
pengurai kemacetan jalanan ketika ditemukan kemacetan di hadapan busnya.
Tujuannya memang agar busnya lancar berjalan, namun niat dan tujuannya itu kan
juga berdampak pada kendaraan lainnya juga kan?
Kemudian kita
dihadapkan pada fakta-fakta yang lain mengenai metromini dan kopaja yang
berseliweran di Jakarta dengan tagline fast n serious. Bak Vin Diesel dan Paul
Walker, antara Kopaja dan Metromini yang sejurusan seringkali berbalap-balapan
demi mendapatkan spot ngetem terstrategis.
Berhenti
sembarangan, balap-balapan sembarangan, memotong jalur sembarangan, tembak
supir sembarangan, menaik dan menurunkan penumpang sembarangan, semuanya
mungkin juga berlaku sekian lamanya akibat dari toleransi-toleransi yang
berlaku di masyarakat kita. Hingga kita merasa keburukan kita patut mendapatkan
permaafan-permaafan sebagai toleransi. Namun jika keburukan ini dijalankan
dengan sistematis tanpa urgensi kepepet yang memang sudah di penghujung usaha,
maka jangan lagi salahkan testimony-testimoni negatif yang akhirnya muncul dari
konsumen.
Bentuk rasa
sayang paling manis adalah dengan menegur untuk memperbaiki. Agar menjadikannya
lebih baik, metromini dan kopaja perlu memperbaiki manajemen internalnya untuk
meningkatkan kualitas pelayananan. Dengan perbaikan internal, otomatis tidak
akan ada intervensi dari pihak luar. Metromini dan kopaja kini tengah terjepit
masyarakat yang sedang kasmaran pada era digital dan modernisasi beraroma
pembangunan. Layanan transportasi yang berbasis aplikasi digital serta bus-bus
yang menggunakan uang elektronik. Ngomong-ngomong tentang uang elektronik, saya
jadi teringat senyum orang itu ketika kami baru saja mentap kartu transjakarta.
Ia bilang, pada masanya nanti, uang tidak akan ada lagi karena uang sudah
diganti dengan digital. Tidak terlihat seperti sekarang.
Metromini dan
Kopaja adalah salah astu kendaraan umum selain angkot dan ojek yang nantinya
akan saya ceritakan kepada anak dan cucu. Barangkali pada masa mereka nanti,
tidak ada lagi alat transportasi seperti itu dan mereka hanya mendengar
cerita-cerita saya sebagai sebongkah pengetahuan dan pengalaman masa lalu.
Sebagai salah satu sarana terbaik untuk saya saat itu membaca apa-apa saja yang
terjadi dan ada dalam masyarakat tanpa kendaraan pribadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar