Senin, 31 Maret 2014

bosan gerak

mereka bergerak, hanya ketika ada yang familiar.
kami menengadah pada kreativitas, tapi dia membuang muka.
suatu saat, aku bergumul pada kebingungan.
karena aku bingung apa yang kubingungkan.
Padahal, itulah pertanda kekosongan.

dia berteriak "Mandiri!"
entah dia guru yang baik atau mentor yang keji
mungkin minus kacamataku yang bertambah
jadi aku melihat semuanya seperti buram

menjadi warna yang berbeda dalam trotoar,
aku seperti harus bertahan dalam ketulian.
kenapa harus ada prasangka sebelum mengenal?
ah ya, karena tak ada kepercayaan diantara kita

aku jadi sepertimu, berteriak pada kreativitas
"Kamu dimana?!"
dalam gerakan ini terdeteksi adanya bosan
tapi yang mendeteksi sebagian cuma diam
atau malas, jadi menyelipkan temuannya,

dia malas, engkau malas, aku juga jadi malas
padahal, kreativitas menengadahkan tangannya sambil berteriak pada media
tapi aku, kamu, dan dia cuma menengok dan bilang "Oh!"
kenapa kita masih jalan di tempat kalau begitu?

karena kreativitas kita lihat cuma mengais puing - puing tradisi peninggalan tetua kita, yang anti perubahan barang secuil,
secuil saja, mendapat tatapan sinis, dibilang gak logis karena gak pragmatis.
aku, kamu, dan dia. Kita sama - sama berparasangka pada media.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar