Kamis, 07 Agustus 2014

Daun Jati Meranggas


Apa yang biasa kita rindukan dari
sebuah pohon kalau bukan
daunnya?

Kerindangan dan warnanya yang
hijau mampu menyejukkan setiap
mata yang memandang karena hijau
mampu menstransformasikan
kelelahan menjadi kelegaan,
kesejukkan, dan keteduhan. Lewat
bantuan angin, keindahan dan
kesejukkan saat berada di dekat
pohon seakan bertambah – tambah
nikmatnya. Melalui sebuah pohon,
kita bisa di ajak untuk merenungi
banyak hal dalam kehidupan.
Segala ciptaan Allah di muka bumi
sudah selayaknya mampu menjadi
sarana pengamatan untuk
memikirkan dan ngrasani segala
macam yang terjadi di bumi
manusia ini. Ah tampaknya saya
egois bila menyebut bumi ini
adalah bumi manusia saja. Bumi ini
tentu dihuni oleh sekian banyak
makhluk ciptaan-Nya selain
manusia. Semua yang ada di langit
dan di bumi bertasbih pada-Nya
bukan?

Lewat angin yang bertiup
menyalami helai – helai daun, kita
bisa menarik pelajaran bahwa
sudah sifat angin untuk tidak
pernah berhenti bertiup. Karena
tatkala ia hening menghentikan
lajunya, ia kita panggil udara.
Bukan lagi angin. Sejak SD kita
disepakati penyebutan bahwa udara
yang bergerak ialah angin, kan?
Pada proses silaturahim angin pada
daun yang menjadikannya kadang
luruh, kita kerap melupakan
bagaimana nasib sehelai daun.
Seorang penulis mengatakan bahwa
daun menggambarkan sifat
keikhlasan, ketaatan, dan
penyerahan diri secara total pada
sang pencipta. Hendak dibawa
kemana ia oleh angin yang terburu
– buru hingga tidak pernah sempat
meminta izin pada pohon, daun
tidak pernah tau, pohon juga
begitu.

Ada satu waktu yang menjadi
suratan takdir beberapa jenis
pohon untuk mengalami kondisi
fisik yang berbeda dari pohon –
pohon lainnya. Yaitu ketika musim
kemarau menyapa hutan jati. Daun
pada pohon jati ini merelakan
dirinya dibawa pergi angin untuk
berdansa jauh hingga angin tak
mampu lagi membopongnya dan
kemudian berhenti menjadi undara
lalu mereka jatuh berdua. Daun jati
ini pergi bukan karena sudah tua
seperti pada musim lainnya. Ia
mulai dilepas oleh pohon ketika
pohon sudah tidak kuat lagi
memberikan daun jatah air untuk
mengebulkan dapur agar
didistribusikan secara adil hingga
akar. Akar sudah berusaha setotal
totalnya demi mendapatkan air
untuk daun tapi tetap saja sukar.
Sedangkan cahaya melimpah dari
matahari yang setia menyinari bumi
Allah tidak terbendung.

Maka, diceritakan, daun jati di
musim kemarau tidak pernah
bertindak egois. Ia sadar bahwa
dapur bukanlah tumpuan hidup
agar pohon bertahan. Induk
kesayangan mereka itu senantiasa
membumi, akarnya menghujam
ketanah. Kekuatan dari sebatang
pohon bukan dinilai dari banyak
dan hijaunya rimbunan dedaunan.
Melainkan akar yang dengan
kesabaran dan kerendahan hatinya
senantiasa tak pernah tampil cantik
apalagi menarik mata, kokoh
menopang pohon, batang, serta
daun.

Air tak sampai pada diri, pohon
sudah menceritakan segalanya
lewat diam dan kering kulit
kayunya. Daun sudah mendapat
penjelasan besar apa perannya
sebagai daun. Ia memang mahkota
dari keindahan pohon, ia juga
dapur tempat keadilan pembagian
nutrisi bermula. Tetapi, ia jugalah
yang melakukan tugas mulia di
musim kemarau: berdansa dengan
angin – angin. Perpisahan dengan
pohon baginya tidak pernah sia –
sia karena ia paham, ia sebaga
imakhluk tidaklah dilihat dari
bagaimanapenampilan luarnya
dalam mempercantik pohon seperti
mahkota pada manusia. Melainkan
bagaimana dan untuk apa peran
terakhirnya di bumi Allah mesti
berakhir. Ia sebgai yang gugur pada
musim kemarau, merebahkan diri
menyatu dengan tanah dengan
harapan adik – adiknya akan
bermunculan dengan rimbun di
musim penghujan nanti. Mampu
menjadi penyejuk mata masyarakat
hutan jati, peneduh manusia, dapur
yang lebar dan kuat, hingga
luruhannya nanti banyak
dimanfaatkan sebagai bungkus
tempe tradisional ataupun nasi
lengkong.

Saatnya daun jati dijemput angin.
Gemuruh angin yang datang kala
itu terdengar seperti salam yang
sopan dan menyejukkan. Salam
janji keselamatan dan
kesejahteraan bagi yang disapa:

“Assalamu’alaykum warahmatullah
wabarokatuh..
have a nice flight my dear friend

Tidak ada komentar:

Posting Komentar