Sampah adalah sesuatu
yang senantiasa melekat dengan kehidupan setiap makhluk hidup. Seiring dengan
kodratnya bahwa makhluk hidup memiliki kebutuhan mendasar yang kemudian
menghasilkan sampah. Saya membayangkan mungkin ketika kebutuhan manusia sangat
– sangat diaktakan mendasar adalah ketika masa manusia belum memiliki akal yang
sempurna, sebut saja pada masa manusia purba. Manusia purba yang hidup dengan
berkoloni juga telah memiliki sampah, ambil contoh sampah kerang yang
menggunung yang ditemukan di Indonesia terkenal dengan sebutan Kjokken
Modinger. Kemudia, seiring dengan dianugerahinya akal pikiran pada manusia,
maka cara hidup dan mempertahankan diri manusia mengalami perkembangan seiring
waktu.
Bumi tempat makhluk
hidup kini berpijak kemudian mengalami berkali – kali perubahan pada wajahnya.
Manusia dengan segala akal pikirannya menggunakan ilmu yang sejatinya adalah
cahaya untuk menemukan jalan kebenaran kemudian jadi berkembang untuk memenuhi
keegoan perkembangan pemikirannya sendiri tentang konsep hidup dunia dan
kematian. Muncullah kemudian pemikiran – pemikiran yang mengembangkan kebutuhan
pokok manusia menjadi kebutuhan pelengkap. Lalu apa yang disebut dengan
kebutuhan definisinya mengalami perubahan dan jumlahnya jadi bertambah berkali
– kali lipat.
Manusia dan kebutuhan
kemudian akan selalu menghasilkan dampak atau efek atas penggunaan dari segala
kebutuhan. Hal yang tidak pernah berubah sejak kelompok manusia memulai
pergerakan cara hidupnya adalah adanya sampah atas konsekuensi penggunaan
kebutuhan. Organisasi dunia kemudian memunculkan demografi perkembangan
populasi penduduk, pemetaan terhadap pendidikan kesehatan kesejahteraan kebersihan
dan lain – lain pun dipetakan. Alibi tujuannya adalah: demi mendapatkan format
bumi dan kehidupannya yang lebih baik. Jumlah sampah kemudian juga menjadi
pembahasan sebagai dampak peningkatan populasi makhluk hidup di muka bumi.
Peningkatan sampah yang tak terkontrol terutama di Negara – Negara yang belum
tersejahterakan (penyebutan yang lebih baik ketimbang berkembang, mundur,
apalagi terbelakang)
Sampah baik rumah
tangga maupun industry kemudian menjadi hal yang sangat membahayakan dan
sifatnya urgensi. Menurut Pak Prakoso, penggagas Bank Sampah Malaka Sari,
samaph rumah tangga yang berdiam di sudut halaman dalam beberapa saja sudah
mampu mengeluarkan gas karbon monoksida yang zat tersebut diketahui sama dengan
yang keluar dari knalpot kendaraan bermotor berbahan bakar solar. Itu merupakan
racun.
Belum lagi konflik
pembuangan limbah sampah berstatus B3 dari Negara lain yang diselundupkan ke
bumi nusantara. Maka lengkaplah bahwa sampah merupakan hal yang sangat
berbahaya dari hari ke hari jika dibiarkan. Pada suatu forum yang menyuarakan
penurunan populasi manusia, dikatakan bahwa peningkatan sampah adalah karena
kurangnya pengetahuan dan saran pengolahan di masyarkat Negara mundur. Dan
peningkatan sampah berbanding lurus dengan peningkatan jumlah penduduk. Maka
solusi untuk menyelamatkan bumi adalah mengurangi jumlah penduduk dengan
control jumlah anak dalam keluarga. Saya pribadi daripada memprioritaskan
gagasan tersebut justru lebih memilih pencerdasan secara massif tentang sampah
dan pengelolaannya daripada harus menempuh jalur instan tapi tidak mengakar dan
menurunkan budi serta pendidikan karakter kebersihan yang baik.
Pengelolaan sampah
kemudian menjadi penting disamping cerita yang telah saya paparkan di atas
(mengenai hubungan sampah dengan populasi penduduk) adalah karena sampah
memiliki banyak potensi untuk disulap dari barang tidak berguna atau bahkan
merugikan menjadi bahan pendapatan rezeki dan peningkatan kemakmuran
masyarakat.
Jika institusi sekolah kini sedang mendapat
serangan gencar dengan tudingan sebagai pelaku kejahatan mematikan kreativitas
anak bangsa, maka di harapkan kreativitas akan berkembang dengan pesat melalui
pengelolaan barang sampah. Masyarakat Indonesia (kalangan bawah hingga menengah
khususnya) dapat mengeksplorasi kemampuan diri dalam berkarya seni dan
berwirausaha justru dengan stimulus ketidakberdayaan ekonomi sekaligus
kewajiban untuk menjaga lingkungan agar bersih dan sehat untuk ditinggali.
Kesadaran yang
menghampiri pemikiran seseorang tidak pernah lepas dari pengetahuan. Sedangkan
pengetahuan hanya bisa didapatkan jika Allah menghendakinya lewat kemampuan
‘membaca’ sekitar. Dan yang paling besar potensinya untuk dapat dan mampu
membaca adalah kalangan menengah. Salah satunya adalah pemuda – pemuda yang
dapat mencicip bangku perguruan tinggi. Dengan tahu maka sadar, dengan sadar
maka bergerak. Maka gagasan dan suara mengenai kebesihan dan sampah sebenarnya
sudah tidak asing di kalangan pemuda. Kecuali pemuda yang hidup dalam
ketebatasan dimana waktu tenaga dan pikirannya sudah kadung disibukkan dengan
tuntutan kebutuhan yang makin bertambah jumlahnya serta membingungkan.
Mengaburkan konsep kehidupan yang sesungguhnya sehingga lupa apa sebenarnya
tujuan dari kehidupan kalau bukan bersiap untuk menyambut kematian.
Sebagai Negara dengan
penduduk Islam terbesar, Indonesia melalui pemudanya yang berkesadaran untuk
menjadi relawan gerakan hidup bersih dan kreatif saya harap dapat mewujudkn
bangsa yang sadar secara penuh makna keindahan dan ibadah dalam menjaga
kebersihan. Pengumpulan relawan adalah sebuah gerakan kecil tapi sarat makna
yang megetuk suara hati siapa saja yang sesungguhnya gundah dan mencari ikatan
bervisi serupa. Menguatkan simpulnya untuk bergerak dalam keyakinan bahwa visi
dan misi mereka adalah baik serta demi manfaat sekelilingnya.
Sebuah awal mula yang
menyatukan suara si pendiam untuk bisa bergerak maju dengan lantang karena
kebersamaan dalam nait baik adalah kekuatan.
10 September 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar