Ini bukan contekan. Bukan suatu barang yang bisa dibagi untuk kemudian menyelamatkan status dan muka di hadapan teman-teman dan guru. Ini merupakan sikap dan sikap tidak akan pernah terlahir dari ketakutan dalam memutuskan.
Jika ada sejumput rasa takut membuat kesalahan, mungkin itu merupakan
kesalahan tradisi mendidik leluhur bangsa ini yang selalu yakin bahwa anak
adalah cangkir atau kertas kosong. Melompong. Kopong. Dan kita jadi terbiasa
dimaki ketika berbuat salah ketimbang dipuji ketika melakukan kebaikan atau
kebenaran. Bukan, sama sekali bukan untuk pencapaian derajat tawadhu, melainkan
karena sudah ada asumsi kurang baik sejak pertemuan pertama dalam nuansa
belajar.
Kawan, ini sama sekali bukan tentang muka dan status kita.
Ini tentang identitas dan watak mendasar kita sebagai muridan. Kita hanya lupa,
kita hanya perlu mengingatnya bahwa setiap dari kita, untuk naik takhta hingga
mencapai tingkat khalifah, kita tidak boleh terlepas dari semangat untuk belajar. Tidak
boleh.
Termasuk, belajar menghadapi sosok diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar