Sabtu, 23 Juli 2016

tatap muka



"Zaman sekarang, orang-orang jarang saling bertatap muka, dan kalau mereka tidak saling bertatap muka, mereka tidak akan bertumbuh. Saya mesti langsung datang dan menunjukkan pada Anda bahwa saya terbuat dari darah dan daging."

Itu kurang lebih kutipan Paulo Coelho dalam sebuah bukunya. Menjelaskan pada pembaca bahwa bertemu muka dengan orang-orang yang memiliki maksud untuk mencapai tujuan adalah sebuah keharusan. Mewakili keseriusan dalam mencapai tujuan tersebut. Mungkin terkesan agak memaksa mengingat orang yang menyampaikan tujuannya barangkali memiliki keterbatasan-keterbatasan dalam bertatap muka. Namun, bukannya Tuhan memiliki sejuta keajaiban-keajaiban untuk mendobrak keterbatasan-keterbatasan tersebut, tergantung dari usaha dan tekad orang-orang yang berniat?

Pada masa dimana teknologi menyita peran kita hampir setiap saat. Ketimbang berkata-kata lewat suara sambil menatap mata lawan bicara, kita lebih banyak menghabiskan waktu dengan menatap layar gadget dan menggunakan media sosial. Sebuah sulap sihir yang mengubah pola komunikasi langsung kita. Memangkas penghargaan terhadap intonasi atau pemaknaan terhadap gesture.


Ada rezeki tersendiri dari tatap muka.
ada hal kecil tapi penting yang terkonfirmasi.
tawa, senyum, dan kesalnya bukan emotikon belaka.
asli, apa adanya, tanpa rencana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar