Rabu, 25 November 2015

Terima kasih. Kau guruku ketika aku fasilitatormu

Senyum, tawa dan segala keapaadaannya adalah suatu ajaran dan ajakan untuk bermuhasabah.  Pembeda anak - anak dengan orang berumur lebih (dewasa menurut negara) adalah takaran kejujuran dan kelugasan yang tentunya tidak akan bermain kesengajaan dalam segala laku karena pengetahuannya belum mencapai kadar yang sama dengan orang yang lebih banyak masa hidupnya.

Terima kasih. Bertemu muka denganmu mengajarkanku banyak hal. Salah satunya adalah teguran bahwa menjadi fasilitator adalah bukan menjadi penguasa masa - masa yang kita lewatkan bersama. Bukan penghukum dan pemberi hadiah untuk setiap laku yang dinilai subjektif (perspektif sempit) hitam-putih salah-benar menurut keilmuwan akademik.

Takutmu adalah artikulasi dari rasa belum bebas dan percayanya kamu padaku atau kami, untuk layak menjadi fasilitator di waktu - waktu berhargamu itu. Belum percayadirinya kamu adalah pengingat yang halus padaku bahwa ada yang perlu dipertanyakan sebagai konfirmasi: masihkah kita bersepakat  untuk sulit dalam memaafkan kesalahan - kesalahan meskipun kecil?

Yang kutarik dari interaksi singkat kita adalah aku senang kamu akhirnya mau menerimaku setidaknya sebagai teman yang nantinya bisa kamu percayai untuk berdiskusi tentang banyak hal. Termasuk mengenai pustaka hijau yang multifungsi karena bisa menjelma menjadi laboratorium, perpustakaan, arena bermain, dan ruang muhasabah kita bersama.

Terima kasih telah pernah mengizinkanku untuk menjadi bagian dari proses belajar apapun yang mungkin bisa kita petik manfaatnya bersama - sama. Tidak apa walau sedikit, karena untuk segala yang kita lakukan, percayalah, aku membeli hatimu dengan hatiku.

21Nov2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar