Senin, 30 Desember 2013

kekuatan pijakan bag. 1



Yang paling familiar, atau terasa akrab dalam benak saya dari sekian judul yang berdialog dengan saya adalah tentang surat 'Abasa. Surat dimana terdapat didalamnya teguran atas kesalahan, ajakan untuk bertafakkur, tadzakkur, takut akan kiamat, serta ciri orang yang mendapat hidayah.
Ketika seorang tuna netra, Abdullah ibn Ummi Maktum menghampiri Nabi yang kala itu sedang semangat berdakwah dihadapan petinggi Quraisy. Nabi membuat kesalahan dengan lebih mementingkan para petinggi Quraisy. Allah secara langsung menegur sang nabi secara tersirat (sindiran) lewat firman-Nya, "wa huwwa yakhsya" (sesungguhnya, ia seorang yang takut kepada Allah swt).

Teguran. Dikutip dari suatu literatur bahwa seseorang yang memberikan berlian kepada saudaranya dengan cara dilempar, orang tersebut hanya akan merasakan sakitnya saja, ia tak tahu bahwa yang dilempar adalah batu berlian, atau bahwa berlian adalah benda yang bernilai sangat tinggi. Dari ilustrasi berlian diatas didapati bahwa cara menegur adalah penting untuk diperhatikan. Kita bisa memetik pelajaran dari surat Abasa diatas. Bahwa Allah menegur Nabi nya yang ketika itu berbuat khilaf lewat deskripsi bahwa yang datang pada Nabi saat itu adalah seseorang yang takut kepada Allah. Teguran yang berupa desripsi itu tepat pada porsinya, tidak akan merendahkan yang ditegur secara terlalu hingga merasa malu, atau tidak juga kurang hingga yang ditegur tidak merasa.

Maka, suatu waktu, setelah mengetahui pentingnya perkara tegur menegur ini, kita bisa lebih berpikir lebih panjang, lebih jernih dan bijak sebelum meluruskan sesuatu.

Poin kedua yang ingin saya bahas adalah niat.
Terkadang terbersit keraguan, apakah yang saya lakukan ini adalah niat karena Allah atau karena makhluknya?
Menjenguk orang sakit misalnya, hanya karena tidak enak pada teman. Atau berbuat begini begitu, tergantung dan sangat terpengaruh pada apa yang nanti makhluk-Nya pikirkan. Ada sebuah kisah tentang kedelai, seorang bapak, dan anaknya. Cerita ilustrasi ini sudah seringkali dikisahkan. Hikmah yang dapat dipetik dari ilustrasi ini adalah, jangan ingin untuk sempurna dimata setiap orang, karena itu berarti kita menginginkan sesuatu yang mustahil kita capai. Ketika menolong orang lain, kita melakukannya karena apa? apakah karena mengharap ridho Allah atau agar terlihat 'tampan optimal' atau 'cantik maksimal' di mata makhluk-Nya?

Ternyata, ketika mempercayai bahwa jika kita menolong saudara kita, Allah pun akan menolong kita, itu termasuk beriman padaNya. Karena kita percaya pada firmanNya, dan hadist dari nabi-Nya.
Maka, setiap berbuat sesuatu, kita perlu mengecek terus niatan kita. Bukan hanya di awal, tetapi juga "ketika" dan "setelah" proses kegiatan atau rasa yang sedang berjalan dalam diri kita. Memang sulit, tetapi, untuk mendapatkan gadis pujaan terbaik, memang tidak mudah, khan? seperti kata seorang alim: tidak ada mahar yang mahal untuk gadis yang akan dipinang. hehe

poin ketiga, Allah's love is everywhere.
Saya sangat suka memenggal lirik lagu Maher Zain ft Irfan Makki- I believe

when you searching for the light,
and you see no hope in sight,
be sure and have no doubt,
He is always close to you

He is the one who knows you best
He's always in you heart
you'll find your peace at last,
if you just have faith in Him.. Allah..

Ketika futur menyapa, itu berarti kita pernah ada di posisi atas biang lala. hehe
Yang saya maksud adalah, ketika futur datang, itu berarti, kita pernah menjadi hamba yang dekat dengan-Nya.
Alhamdulillah~
Mungkin anda pernah merasakan, ketika sudah dekat dengan kedhaliman, atau kebathilan, atau kekhilafan, tiba - tiba saja ada hal yang membatalkan kita untuk melakukannya, atau mendekatinya. Itulah, cinta Allah ada dimana - mana. Kita terhindar dari sifat lalai, abai, keji, atau sifat buruk lainnya. Allah menyelamatkan kita dari kesalahan dan kekahalan iman.

ketika kita lupa padaNya, cemburukah Ia? pasti. Tapi, merasakah kita? jarang. Tidak jarang, hati jauh merasakan kesejukan yang sangat menentramkan hanya ketika sedang mendapat teguran dariNya, kemudian kita tenggelam larut sujud mengadu padaNya hingga sedu sedan didengar sendiri dalam jiwa. Suatu kejadian yang menguras pikiran, mengaburkan logika dan kejernihan qalbu, merasa diri terpuruk tak ada tempat bersandar lagi. Percayalah sahabat, Allah sebaik - baik tempat kembali.

hadist Qusi:
"Aku sebagaimana prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku bersamanya selama ia mengingat-Ku, dalam dirinya, maka Aku pun akan mengingat-Nya di dalam diri-Ku, jika ia menyebut-Ku di hadapan manusia, maka Aku pun akan menyebutnya dihadapan makhluk yang lebih baik daripada mereka. Jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkal, maka Aku akan mendekat kepada-Nya sejauh satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta, maka Aku akan mendekat kepadanya sepanjang satu depa, jika ia mendekat kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendekat kepadanya dengan berlali- lari kecil. (HR Bukhari-Muslim)

"maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?" (QS. Ar Rahman)

sob, yakinlah bahwa Allah mencintaimu.
Jauh lebih dalam dari hujan pada angin yang menjadikannya tiada,,

#np depapepe-counts love

Aulia, Muhammad Lili Nur, 2011, Allah, Kokohkan Kaki Kami di atas Jalan-Mu, Jakarta: Tarbawi Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar